Surakarta 6/6/2022. Salah satu Anggota HEBITREN Solo Raya yaitu Pondok Pesantren Takmirul Islam melaksanakan panen perdana melon inthanon di salah satu area urban farming pesantren, kebun tersebut menggunakan teknologi green house dengan pendampingan intensif dari Bank Indonesia Solo serta Pondok Pesantren Al-Ittifaq Bandung. Konsep Infratani (Integrated Farming with Technology and Information) dimaksudkan untuk penguatan sektor pertanian terintegrasi yang berbasis pada pemanfaatan teknologi digital dengan menggandeng pesantren di dalam ekosistem HEBITREN. Program ini telah diresmikan oleh Gubernur Bank Indonesia.
Greenhouse Program Infratani HEBITREN Solo Raya di Ponpes Takmirul Islam Surakarta sekaligus mengusung konsep urban farming yang selanjutnya diharapkan menjadi percontohan untuk mengoptimalkan lahan perkotaan. Panen perdana melon di Ponpes Takmirul Islam dihadiri oleh Wakil Walikota Surakarta, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Solo, Ketua DPP HEBITREN Indonesia, Pengurus HEBITREN Solo Raya, Perwakilan Ponpes Al Ittifaq Bandung selaku mentor, dan pesantren anggota HEBITREN di wilayah Kota Surakarta. Tanaman melon di ponpes ini telah mencapai umur tanaman 70 HST dan sudah menunjukkan ciri masak panen optimal. Jenis melon yang ditanam adalah varietas Inthanon dengan jumlah populasi ±1.000 batang yang mulai disemai pada Maret 2022 di greenhouse seluas 500 m2. Sebelumnya Ponpes Takmirul Islam mengembangkan usaha pertanian hortikultura sejak tahun 2015 di lahan persawahan yang lokasinya diluar wilayah Kota Surakarta, sehingga Bank Indonesia mendorong ponpes Takmirul Islam untuk mengembangkan pertanian modern dalam lingkungan pondok pesantren yang berada di dalam kota. Melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) berupa pembangunan green house dan sarana prasarana berupa mesin dan sistem aplikasi pendukungnya, ponpes menerapkan konsep urban farming di lahan kota yang terbatas.
Konsep urban farming dan budidaya pertanian di tanah wakaf ponpes dengan pemanfaatan teknologi modern diharapkan mampu mendukung kemandiran ekonomi ponpes dan dapat direplikasi oleh ponpes lainnya. Pengembangan sektor pertanian pesantren ini diharapkan juga mampu mendorong ketahanan pangan berbasis kemandirian ekonomi pondok pesantren. Pertanian menjadi salah satu sektor yang terus menggeliat di tengah pandemi Covid-19, menjadi ujung tombak ketahanan pangan nasional dan menjadi salah satu solusi ketersediaan lapangan pekerjaan. Dengan memanfaatkan lahan wakaf untuk pertanian produktif, hasilnya dapat mendorong kemandirian ekonomi pesantren. Pengembangan program Infratani ponpes ke depan dapat diperluas dengan konsep ekosistem terpadu antara konsep pengembangan greenhouse melon terintegrasi dengan sistem produksi sayuran, atau komoditas lainnya dalam skala lebih besar sehingga dapat menopang kemandirian ekonomi pesantren. Selain itu, ke depan, ekosistem ini juga akan diperkuat dengan sinergi dan riset tentang pembenihan agar mampu menghasilkan benih berkualitas secara mandiri dan linkage dengan sektor hilir khususnya industri makanan halal untuk mendorong terciptanya ekosistem pertanian yang memberikan nilai tambah optimal dan berkelanjutan.
Sumber: KPW BI Solo